‘’Emang calon abang tuh siapa sih? Perasaan gak ada deh’’ Celetuk Zara dengan polosnya sambil memendang jenaka kearah Ustadz Hasan yang sedang menunduk. Ia menggaruk tengkuknya lalu nyengir kearah Abah dan Ummi.
‘’Hehe maaf ya
Abah Ummi tadi Hasan bohong kalo Hasan udah punya calon, tadi niat nya mau nge
prank tapi keburu di bonkar sama Zara’’Semuanya sontak tertawa mendengar
penuturan Ustadz Hasan barusaja, termasuk aku yang tersenyum sambil menghembuskan
nafas lega karena pada kenyataannya dia belum mempunyai calon untuk ia nikahi
nanti.Entahlah aku seperti mendapat kan kesempatan untuk bias
memilikinya,walaupun aku tidak terlalu yakin akan hal itu.Sedangkan ia hanya
menunduk malu menyembunyikan wajahnya yang kini merah padam.
‘’Ada ada aja kamu
Hasan Hasan mbok yo kalo gak punya tinggal bilang aja gak usah pake prank prank
an gitu’’Sedangkan Ummi hanya geleng geleng epala melihat tingkah anak ke
duanya itu.
‘’Ya sudah kalau
begitu isma sama reza pamit dula Abah Ummi soalnya masih banyak urusan di rumah’’Pamit
ayah yang di angguki oleh abah lantas ayah dan bunda pun menyalami
keduanya.Lalu kami keluar dari rimah abah.
‘’Zhar jagain
adiknya ya ayah sama bunda pulang
dulu,kami nitip Ara sama kamu’’ Perintah bunda yang langsung di angguki
oleh abang.
Aku langsung
menghampiri Zara lalu kami berdua menuju kamar,setelah ayah dan bunda pamit
pulang dan bang azhar sudah kembali ke kantor.kami lantas duduk di tepi ranjang
setelah sampai dikamar yang Nampak sepi dan Nampak berantakan karena sudah lama
di tinggal lama oleh pemiliknya.
‘’menurut kamu hal
apa yang paling berharga di hidup kamu?’’entah apa awalnya tiba tiba saja pertanyaan keluar begitu saja dari
mulutku.Zara mennatapku sekilas lalu duduk di kuursi belajar yang berada tepat
di samping ranjang.
‘’kalo menurut aku
sih hal yang paling berharga di hidup aku tuh orang tua dan ilmu’’lalu ia
menghela nafasnya pelan ‘’kamu tau kenapa?’’aku menggekeng pelan’’karena orang
tua yang udah ngerawat aku dari kecil dan sabar ngadepin segala sikap aku
nerima segala kekurangan aku dan gak
ngumbar kejelekan aku,dan ilmu adalah sesuatu yang akan membawa aku ke jalan
yang lebih baik dan yang mampu ngerubah aku jadi orang yang lebih berguna
nantinya’’.jelasnya lalu tersenyum kearah ku.aku pun balas tersenyum ke arahnya.
‘’tapi kalo kata
alu sih yang paling berharga adalah Allah dan keluarga,karena menurut aku kita
gak akan pernah ada tanpa adanya Allah,dan aku gak akan jadi seperti ini tanpa
adanya keluarga, karena keluarga itu segalanya.dan keluarga juga yang yang sudah
ngasih aku banyak ilmu,dan aku bangga karena udah jadi bagian dari keluarga
besar pesantren ini’’ ucapku tulus lalu menatap zara yang tersenyum manis kearahku.
‘’ra kalo suatu
saat ada yang minta kamu buat jadi teman hidup seseorang, sedangkan
posisimu sedang mencintai orang lain dan itu adalah permintaan keluargamu, apa
kamu bakal nerima atau bakal nolak?’’.pertanyaan yang di ajukan zara membuatku
terdiam,apakah aku bakal terima jika aku di jodohkan?atau aku bakal
nolak?batinku.aku menggeleng lemah kearah zara ‘’aku gak tau ra harus milih
kata hati aku atau justru menuruti apa kata orang tua ku’’.
Zara mengangguk
faham lalu tersenyum,entah apa maksud dari senyuman itu aku hanya membalasnya
dengan raut wajah binging menatap tajam ke arahku.
‘’kamu tau ra kalo
selama ini ada orang yang diam diam diam nyimpen rasa ke kamu ra,tapi aku gak
tau kalo kamu bakal suka atau gak ke dia’’lalu ia berjalan menuju kearah ku
lantas duduk di samping ku.
‘’siapa emangnya
ra?’’aku menatapnya dengan tatapan bimgung, aku tidak mengerti dengan apa yang
dia bilang barusan.
‘’abang
ku’’ucapnya lirih sambil terus tersenyum ke arahku lalu pergi ke luar kamar.
Abang nya yang
mana?ustadz faiz atau ustadz hasan?entahlah aku tidak mau memikirkannya lebih
panjang lagi.karena badanku yang begitu lelah aku membaring kan badanku lantas
aku pun terlelap.
0 Komentar