Tiga tahun kemudian...
Tiga tahun berlalu begitu saja.jauh dari kampung
halaman dan orang tua kini menjadi
Pilihan terbaik ara.mengasingkan
diri dari masalalu yang sangat menyesakkan jika diingat
Azhar sudah menikah dua tahun
yang lalu,tepat nya setelah ia lulus dari pesantren.zara yang
Tidak
jadi melanjutkan kuliah bersama dengan nya di tarakan,dan memilih mellanjutkan
nya dijakarta.
kenyataan
pahit yang menuntutnya untuk tetap
tegar,ayahnya sudah dipanggil lebih dulu oleh sang
ilahi.kenyataan
ini sangat menyakitkan,apalagi untuk bundanya hingga ia harus ikut bersama
azhar
beserta
istrinya yang tinggal di bandung. Dan hasan,entahlah...jika mengingat nama itu
benar-benar
menyakitkan,kenyataan
jika ia hanya menganggap ara hanya sebatas guru dan murid atau kakak dan
adik.mungkin
ia malu karena ara adalah adik dari sahabatnya,azhar.
Yang lebih mengejutkan adalah
saat faiz datang ke rumah untuk melamarnya,memintanya
Untuk
menikah dengannya tanpa tahu apa yang ara rasakan.sulit memang,tapi mau
bagaimana lagi
Mungkin
sudah jalannya,Mau di apakan pun ujungnya akan tetap sama,kenyataan selamanya
akan
Menjadi
nyata.dan disinilah ia mulai menata kehidupannya,dan disini pula ia bertemu
dengan iqbal,
Keponakannya.
Sekelebat bayangan itu
berkelebat begitu saja di pikirannya,membuat luka lama yang seharusnya
Ia
lupakankini kembali teringat,dan kembali menggoreskan luka tak kasat mata yang
kembali menyayat hati.
Tatapan
kosogng nya menatap ke arah mahasiswa yang sedang berlalu lalang di taman
kampus,hingga
Ia
merasakan tepukan dipunggungnya.ia menghembuskan napas pelan mendapati iqbal
sudah duduk di hadapannya.
“kamu kenapa bengong mulu sih
dari tadi hah?”pertanyaann itu membuatnya tersenyum ntipis.
Senyum
yang sangat iqbal benci,karena iqbal tahu jika senyum itu adalah senyuman penuh
luka yang
Selalu
gadis itu tunjukan di kala ia terluka.
“gak papa kok beneran’’
pandangannya kembali jatuh kepada keramaian di hadapannya saat sudah dengan
selesai dengan kalimatnya.lagi lagi hanya embusan napas lelah yang mampu iqbal
lakukan.
“Berhenti bilang gak papa di
saat keadaan lo nggak papa ra,gue tau lo itu lagi ada masalah kan?
Udah
sih cerita aja gak papa gue bakal jadi pendengar yang baik buat lo janji deh”.ucapnya
meyakinkan disertai senyum manis yang jarang ia tunjukan kepada perempuan lain.
Ara kembali tersenyum ke arah
iqbal,menatap saudara yang selalu ada di sampingnya saat dalam keadaan
apapun.”masih dengan masalah yang sama kok,jujur ya aku masih belum bisa buat
ngelupain semua itu,masih
Kerasa
banget sakitnya bal”sekuat tenaga ia menahan sesak di dadanya,mencoba untuk
tidak kembali menangis
Di
hadapan iqbal.sudah cukup laki laki itu menjaganya selama ini, mengertitentang
perasaannya,yang selalu ada
Di
saat apapun keadaannya.
“iya gue ngerti kok,maka dari
itu gue gak maksa lo buat ngelupain itu semua sekaligus,karena gue tau itu tuh
gak gampang”tangannya terulur mengelus ujung kepala ara mencoba untuk
menenangkan
Gadis
itu,sudah terlalu banyak luka yang ia terima saat ini.mungkin hanya ia dan
tasya yang sekarang menjadi sandarannya,menguatkannya dalam keadaan apapun.
‘makasih karena sudah selalu ada
di samping aku saat aku dalam keadaan yang benar benar jatuh’batin ara sembari menatap
ke arah taman kampus yang indah.
0 Komentar