Asa Sang Ara (Novel Santri) Part 6

 




                Tiga tahun kemudian...

                Tiga tahun berlalu begitu saja.jauh dari kampung halaman dan orang tua kini menjadi

Pilihan terbaik ara.mengasingkan diri dari masalalu yang sangat menyesakkan jika diingat

                Azhar sudah menikah dua tahun yang lalu,tepat nya setelah ia lulus dari pesantren.zara yang

Tidak jadi melanjutkan kuliah bersama dengan nya di tarakan,dan memilih mellanjutkan nya dijakarta.

kenyataan pahit yang menuntutnya  untuk tetap tegar,ayahnya sudah dipanggil lebih dulu oleh sang

ilahi.kenyataan ini sangat menyakitkan,apalagi untuk bundanya hingga ia harus ikut bersama azhar

beserta istrinya yang tinggal di bandung. Dan hasan,entahlah...jika mengingat nama itu benar-benar

menyakitkan,kenyataan jika ia hanya menganggap ara hanya sebatas guru dan murid atau kakak dan

adik.mungkin ia malu karena ara adalah adik dari sahabatnya,azhar.

                Yang lebih mengejutkan adalah saat faiz datang ke rumah untuk melamarnya,memintanya

Untuk menikah dengannya tanpa tahu apa yang ara rasakan.sulit memang,tapi mau bagaimana lagi

Mungkin sudah jalannya,Mau di apakan pun ujungnya akan tetap sama,kenyataan selamanya akan

Menjadi nyata.dan disinilah ia mulai menata kehidupannya,dan disini pula ia bertemu dengan iqbal,

Keponakannya.

                Sekelebat bayangan itu berkelebat begitu saja di pikirannya,membuat luka lama yang seharusnya

Ia lupakankini kembali teringat,dan kembali menggoreskan luka tak kasat mata yang kembali menyayat hati.

Tatapan kosogng nya menatap ke arah mahasiswa yang sedang berlalu lalang di taman kampus,hingga

Ia merasakan tepukan dipunggungnya.ia menghembuskan napas pelan mendapati iqbal sudah duduk di hadapannya.

                “kamu kenapa bengong mulu sih dari tadi hah?”pertanyaann itu membuatnya tersenyum ntipis.

Senyum yang sangat iqbal benci,karena iqbal tahu jika senyum itu adalah senyuman penuh luka yang

Selalu gadis itu tunjukan di kala ia terluka.

                “gak papa kok beneran’’ pandangannya kembali jatuh kepada keramaian di hadapannya saat sudah dengan selesai dengan kalimatnya.lagi lagi hanya embusan napas lelah yang mampu iqbal lakukan.

                “Berhenti bilang gak papa di saat keadaan lo nggak papa ra,gue tau lo itu lagi ada masalah kan?

Udah sih cerita aja gak papa gue bakal jadi pendengar yang baik buat lo janji deh”.ucapnya meyakinkan disertai senyum manis yang jarang ia tunjukan kepada perempuan lain.

                Ara kembali tersenyum ke arah iqbal,menatap saudara yang selalu ada di sampingnya saat dalam keadaan apapun.”masih dengan masalah yang sama kok,jujur ya aku masih belum bisa buat ngelupain semua itu,masih

Kerasa banget sakitnya bal”sekuat tenaga ia menahan sesak di dadanya,mencoba untuk tidak kembali menangis

Di hadapan iqbal.sudah cukup laki laki itu menjaganya selama ini, mengertitentang perasaannya,yang selalu ada

Di saat apapun keadaannya.

                “iya gue ngerti kok,maka dari itu gue gak maksa lo buat ngelupain itu semua sekaligus,karena gue tau itu tuh gak gampang”tangannya terulur mengelus ujung kepala ara mencoba untuk menenangkan

Gadis itu,sudah terlalu banyak luka yang ia terima saat ini.mungkin hanya ia dan tasya yang sekarang menjadi sandarannya,menguatkannya dalam keadaan apapun.

                ‘makasih karena sudah selalu ada di samping aku saat aku dalam keadaan yang benar benar jatuh’batin ara sembari menatap ke arah taman kampus yang indah.

               

 

Posting Komentar

0 Komentar