Kisah Nyata Jejak Tukang Kayu

 


Ini sebuah kisah lama. Kejadiannya sekitar tahun 2008, di kota Solo. Namun pesan kehidupannya tak pernah luntur. Pada suatu pagi yang cerah, seorang lelaki kurus - sang walikota Solo - nampak sedang menyapu sendiri ruang kantornya. Hal ini dilakukannya karena tukang sapu yang biasa mengerjakannya belum hadir. 

Berselang beberapa saat, tukang sapu itu akhirnya datang. Tergopoh-gopoh, wajahnya pucat. Kecemasan akan kena damprat sang walikota terbayang di wajahnya. Bahkan bayangan akan dipecat menghantui benaknya.

Namun ternyata sang walikota dengan santai menanyakan alasan kenapa dirinya terlambat. Si tukang sapu berkata kalau anaknya sudah 5 hari ini sakit. 

Lalu sang walikota meminta tukang sapu itu melanjutkan pekerjaannya untuk membersihkan semuanya. Selanjutnya walikota itu memanggil ajudan beserta sopirnya. Tanpa sepengetahuan tukang sapu, mereka pergi menuju ke rumah tukang sapu untuk menjenguk anaknya yang sedang sakit. 

Walikota kurus itu membopong anak tukang sapu yang sakit ke mobil. Dengan ditemani supir mereka berdua langsung pergi ke rumah sakit, sementara sang ajudan diperintahkan untuk kembali ke balaikota agar menyampaikan kepada tukang sapu kalau anaknya dibawa ke rumah sakit. Sementara di RS semua berjalan biasa-biasa saja, justru di Balaikota terjadi kehebohan. Si tukang sapu nyaris pingsan mengetahui sang walikota sendiri yg membopong anaknya ke rumah sakit.

Pesan kehidupan yang disampaikan begitu dalam. Ada kepemimpinan yang melayani di sana, ada kebaikan yang mengharukan, ada kebesaran jiwa seluas samudra, ada kemanusiaan yang menggetarkan. 


Ditulis Oleh : Anton Cahaya

Posting Komentar

0 Komentar