Kisah Rumini ini sudah menyebar. Kisah pedih, menyayat, namun penuh kemuliaan di balik tragedi erupsi gunung Semeru.
Rumini (28 tahun) sesungguhnya bisa menyelamatkan dirinya. Namun ia membuat pilihan akhir yang menggetarkan. Rumini memilih untuk tinggal, dan dengan perkasa memeluk ibunya - Salamah yang telah sepuh (71 tahun), lemah dan tak sanggup berjalan.
Saya membayangkan sang ibu sendiri berteriak lirih gemetaran agar sang anak pergi menyelamatkan diri. Sang anak yang masih panjang jalan hidupnya, yang masih punya selaksa kesempatan menikmati hidupnya. Itu naluri seorang ibu.
Namun yang mungkin tak pernah diduganya, ternyata bukan hanya kasih ibu yang sepanjang masa, tapi kasih anak juga bisa sepanjang masa.
Rumini membuktikan cinta dan kasihnya pada sang ibu sampai helaan napas terakhirnya. Rumini menunjukkan pada Semeru yang berdiri dan menyembur tanpa ampun : tak selalu kasih anak sepanjang galah, aku buktikan kasihku pun sepanjang masa.
Rumini tewas berpelukan dengan ibunya, di dapur rumah mereka. Rumini tak takluk oleh kemarahan Semeru. Dia memenangkan pertempurannya. Ia tak lari.
Rumini - dengan kasih sepanjang masanya - memeluk sang ibu, bergandengan tangan menuju Sang Pencipta. Dengan kasihnya yang dahsyat, Rumini berdiri sama perkasa dengan Semeru yang terus menyembur dengan pongahnya.
Selamat jalan Rumini. Terima kasih atas pertunjukan cintamu yang perkasa, yang menggetarkan, yang penuh kemenangan.

0 Komentar