Oleh : BangBull
Sejak kanak-kanak penulis sudah mengenal apa itu wayang, karena penuulis sering sekali diajak oleh kakek pada waktu itu untuk nonton wayang kulit baik secara langsung ataupun kaset yang disewa ditempat penyewaan kaset.
Wayang, sebagai budaya dan kesenian yang luar biasa ini tentu tidak bisa penuulis tinggalkan apalagi dumusnahkan dari kehidupan penulis,walaupun seorang khalid basalamah mengatakan wayang "dilarang dalam Islam, dan lebih baik dimusnahkan" namun tetap saja kearifan lokal ini akan menjadi kebanggaan bangsa Indonesia selamanya
Nyatanya sudah bertahun tahun penulis bergelut dengan wayang dan bahkan hampir setiap akan diadakanya hajat malamnya selalu memutarkan video wayang kulit ataupun wayang golek dari kaset ataupun dari youtube dan saya tidak merasa goyang imanya apalagi sampai murtad, malah bagi penulis banyak pengajaran yang didapat dari lakon wayang, baik tauhid ketuhanan dan akhlakul karimah. karena menurut saya buudaya dan agama bisa diakulturasikan dan beriringan di bumi Nusantara ini
justru budaya asinglah yang sangat berpotensi menumbulkan benturan dalam kehidupan berbangsa, itu yang harusnya kita hindari, bila budaya asingnya tidak sesuai dengan konsep 4 pilar kebangsaan, yaitu Pancasila, Bhineka Tunggal Ika, NKRI dan UUD 1945
Sebagai catatan,wayang kulit sudah ada sejak 1.500 Tahun sebelum Masehi, bahkan sebelum cerita mahabarata dan ramayhana masukke Indonesia, benar meman pada awalnya wayang kulit digunakan sebagai medium pemanggilan arwah leluhur dan meakukan pemujaan,namun pada perkembanganya,wayang menjadi sarana hiburan dan bahkan sarana mengambangkan dakwah keislaman yang dipelopori oleh Sunan Kalijaga, yang mungkin jika sunan kalijaga tidak menggunakan wayang sebagai sarana media dakwahnya,masyarakat indonesia sekarang tidak mengenal apa itu islam.
Islam bisa berkembang di tanah Jawa pun tak lepas dari peran Wali Songo yang memiliki metode dalam berdakwah, mensyiarkan agama Islam agar dapat diterima oleh masyarakat Jawa ketika itu. Utamanya bagi masyarakat yang masih kental dengan budayanya masing-masing. Sehingga menggunakan media wayang kulit, unsur seni budaya yang saat itu dekat dengan masyarakat Jawa, cukuplah efektif dan sangat humanis.
Perlu diketahui bahwa Wali Songo adalah kumpulan tokoh pemuka agama yang sangat mumpuni dalam ke-Islamannya. Bukan ulama abal-abal atau ustadz dadakan, apalagi yang menyebar paham radikalisme. Tapi sosok yang berperan penting dalam menyebarkan agama Islam di pulau Jawa. Sesuai namanya, wali songo ini berjumlah sembilan orang, diambil dari bahasa Jawa songo yang berarti sembilan.
Mengutip dari Jurnal Wali Songo, wali songo didefinisikan sebagai sembilan orang yang mencintai dan dicintai Allah SWT. Mereka disebut mengemban tugas suci untuk mengajarkan agama Islam. Sesuai penjelasan dalam buku Tasawuf Nusantara: Rangkaian Mutiara Sufi Terkemuka oleh Sri Mulyati, nama Sunan Kalijaga, disebutkan sebagai pencipta wayang kulit, pengarang cerita-cerita wayang yang bernafaskan ke-Islaman.
Sunan Kalijaga yang bernama asli Raden Said dilahirkan pada 1450 Masehi, sebagai salah satu wali songo yang menyebarkan syiar Islam di wilayah Jawa Tengah (Jateng). Pada saat itu, masyarakat Jateng masih kental dengan budaya Jawa seperti gamelan dan wayang. Hal inilah yang dimanfaatkannya sebagai strategi dakwahnya untuk memasukkan ajaran Islam lewat seni pewayangan.
Ada sejumlah perbedaan wayang asli dari budaya Jawa dengan wayang hasil sentuhan Sunan Kalijaga. Sebelumnya, wayang masih berupa gambar di atas kertas dengan wujud manusia. Satu lukisan wayang menggambarkan isi satu adegan. Mengingat wayang berbentuk manusia diharamkan oleh Sunan Giri, lalu Sunan Kalijaga pun sedikit mengubah tampilan wayang yang telah ada.
Berkat kreatifitas Sunan Kalijaga, wayang dibuat dan diukir di atas kulit kambing hingga disebut dengan wayang kulit. Gambar yang ditampilkannya pun cenderung mirip karikatur tidak nyata, bukan berwujud manusia. Beberapa wayang ciptaan Sunan Kalijaga bersama dengan Sunan Bonang dan Sunan Giri di antaranya Wayang Punakawan Pandawa yang terdiri dari Semar, Petruk, Gareng dan Bagong.
Sunan Kalijaga juga dikenal sebagai sosok wali songo yang pandai mendalang, karena sebelumnya sempat belajar khusus mendalang, selain kesusasteraan. Setelah Masjid Demak diresmikan, Sunan Kalijaga menjadi pengisi pagelaran wayang kulit yang diperuntukkan menghibur dan berdakwah untuk rakyat.
Ajaran-ajaran yang disampaikan Sunan Kalijaga dengan memasukkan unsur kebudayaan Jawa seperti wayang kulit ini pun terbukti mudah diterima oleh masyarakat Jawa. Mengingat pula walau Islam sudah masuk pada 674 Masehi, namun baru di pantai barat Sumatera. Tokoh-tokoh dalam wayang menggambarkan semua sifat dan watak manusia yang ada di muka bumi ini sebagai kaca benggala buat diri umat manusia.
Pertanyaannya, kapan mau haramkan korupsi, ujaran kebencian, hoax yang semakin marak, pejabat publik yang suka ngibul, radikalisme, anarkisme, intoleransi, dan memperkosa murid. Jangan hanya melulu sedikit-sedikit mengharamkan ini itu, seolah Islam yang agung ini terkesan begitu rumit
0 Komentar